Kiat <i>Startup</i> Bertahan di Tengah Pandemi COVID-19
Pengemudi Ojek Online (Angga/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Tidak ada satupun perusahaan yang tak terdampak oleh pandemi COVID-19, bahkan startup seperti Halodoc maupun yang sudah berstatus decacorn seperti Gojek. Berbagai strategi harus diterapkan agar perusahaan tidak jatuh lebih parah.

Vice President of Investment East Venture, Devina Halim mengatakan dalam webinar Forum Wartawan Teknologi (Forwat) yang bertema "Startup Indonesia di Tengah Pandemi" bahwa perusahaannya telah mengasuh sebanyak 160 startup, dan ketika pandemi berlangsung, semua perusahaan tersebut tidak terkecuali dipantau kembali.

Hal ini karena menurut Devina, para startup itu harus memiliki langkah pasti dan optimisme mereka kedepannya dalam menghadapi pandemi yang diklaim akan berlangsung lama ini, khususnya ia juga melihat bagaimana mindset dari para pendiri startup itu sendiri.

"Juni lalu itu waktu peak-nya. Kami mulai melakukan round call ke 160 startup. Tujuan untuk mengetahui mindset para founder, lalu seberapa banyak cash (uang simpanan) yang mereka punya. Kita harus tahu posisi financial mereka, termasuk cost cutting strategy," ungkap Devina.

Setelah itu maka diketahui apa langkah selanjutnya yang harus dijalankan, seperti menghentikan pengeluaran yang tidak penting. Bahkan jika perlu diadakannya kebijakan untuk mengurangi gaji pada level top management, hingga ke karyawan yang lainnya.

Misalnya saja yang dilakukan Gojek, belum lama ini mereka dikabarkan telah memotong gaji top managementnya sekira 20 hingga 25 persen dalam setahun. Opsi terakhir, jika memungkinkan perusahaan bisa melakukan lay off.

Saat ini, Devina menyatakan bahwa startup asuhan East Venture yang masih aktif ada sekira 100 startup saja sejak pandemi hingga April kemarin.

Begitupun dengan Gojek, sebenarnya perusahaan tersebut sangat diuntungkan dari bisnis model multiple yang dijalankan. Ada salah satu layanan yang terdampak seperti GoLife karena termasuk kategori sentuhan fisik, maka kurang peminatnya di tengah pandemi seperti ini, layanan GoRide yang dihentikan sementara waktu, tetapi GoSend dan GoFood masih dapat berjalan dengan baik.

"Memang Gojek itu dari awal konsepnya platform kan, kalau sekarang bahasa populernya SuperApps. Artinya kita tidak hanya bergantung kepada satu atau dua layanan saja. Itu yang membuat kita mampu adjust atau pivot lebih cepat," ujar Chief of Corporate Affairs Gojek, Nila Marita.

"Kami melihat adaptasi kebiasaan baru, yang kita lihat, kita punya semua. Payment cashless, delivery contactless dan berbagai protokol kesehatan kami lakukan untuk transportasi," imbuh Nila.

Nila mengatakan bahwa Gojek juga melakukan berbagai kolaboarasi dengan para pemain besar di masing-masing industri, salah satunya HaloDoc untuk menyediakan layanan kesehatan GoMed.

Sama seperti Gojek, Chief Marketing Officer Halodoc Dionisius Nathaniel pun menuturkan kalau perusahaan rintisan harus lebih berfokus pada user centric, di mana mereka harus lebih memahami apa yang diminati pengguna HaloDoc terlebih dahulu.

Seperti keinginan semua orang agar lebih sehat saat pandemi ini berlangsung, dan HaloDoc memiliki misi itu pula. Maka tidak sulit untuk memberikan layanan kesehatan pada masyarakat.

Layanan yang diberikan seperti kombinasi rapid test dan PCR. Selain itu, HaloDoc juga memiliki fitur Chat Doctor yang sangat mengalami peningkatan drastis saat pandemi COVID-19.

"Maret lalu, kita langsung pivot. Gimana caranya men-support indonesia dengan tes COVID-19 sebanyak mungkin. Sampai sekarang 200 ribu test yang sudah kita lakukan, kombinasi rapid dan PCR. Kita di awal pandemi yng pertama kali menjalankan drive through rapid tes," tutur Dionisius.