Mata Uang Kripto Meningkat Capai Rp800 Juta per Koin, Menkeu AS Pertanyakan Legitimasi dan Stabilitas Bitcoin
Bitcoin meroket tajam setelah diprediksi turun (Straitstimes)

Bagikan:

Kenaikan mata uang kripto terus meningkat hingga mencapai angka Rp800 juta per koinnya pada akhir pekan ini. Meski eksistensi sedang menggila, kenaikan nilai bitcoin diragukan oleh beberapa pengamat.

Janet Yelle, Menkeu Amerika Serikat (AS), turut berkomentar soal fenomena bitcoin. Menurutnya, legitimasi dan stabilitas mata uang tersebut masih perlu dipertimbangkan.

 “Saya tidak berpikir bahwa bitcoin... akan banyak digunakan sebagai mekanisme transaksi,” tutur Yellen, dilansir dari CNBC International.

Dia pun menambahkan bahwa mata uang kripto itu kerap digunakan untuk transaksi ilegal. Tidak hanya itu, Yellen juga mengatakan bahwa bitcoin tidak efisien untuk dijadikan sebagai alat transaksi.

“Sejauh ini (bitcoin) digunakan, saya khawatir banyak digunakan untuk keuangan gelap (ilegal). Ini adalah cara yang sangat tidak efisien untuk melakukan transaksi dan jumlah energi yang dikonsumsi untuk memproses transaksi tersebut juga sangat mencengangkan,” tegas Yellen. Feb 2021 11:01

Bitcoin Disalahgunakan untuk Tindakan Ilegal

Di sisi lain, untuk menambang (mining) mata uang kripto ini mesti menggunakan komputer yang memiliki kemampuan tinggi. Tidak hanya itu, penambang juga mesti merampungkan persamaan matematika yang sangat rumit.

Melansir Digicomist, listrik yang dikonsumsi untuk aktivitas penambangan meninggalkan jejak karbon setiap tahunnya sama dengan negara Selandia Baru. Selain itu, mata uang kripto ini juga digunakan untuk tindakan ilegal hingga sulit melacaknya.

Bank Sentral AS Sedang Mempelajari Potensi Mata Uang Kripto

Bitcoin juga sangat tidak stabil, di satu sisi tertentu mata uang kripto itu bisa meroket sangat tinggi namun nilai bitcoin juga bisa jatuh dalam waktu yang tidak bisa diperkirakan.

“Ini adalah aset yang sangat spekulatif. Anda tahu, saya pikir orang harus sadar bahwa ini bisa sangat tidak stabil. Saya khawatir tentang potensi kerugian yang dapat diderita investor,” ujar Yellen.

Hingga saat ini kemungkinan mata uang virtual untuk menjadi alat pembayaran alternatif di masa depan masih terbuka. Bank sentral AS, The Fed sedang mempelajari hal ini untuk dijadikan sebagai sistem pembayaran global di masa depan.

Ikuti Terus berita dalam negeri dan luar negeri terbaru dari VOI.